ketika ku tak tau saat pun sampai,
aku diam
ketika berayun musim dari kepak-kepak sayap langit biru,
aku juga diam
ketika burung kenari kecil terkulai lemah di atas rumput dingin,
aku tetap diam
ketika asa mulai terhenti permainkan waktu,
aku masih diam
ketika kuberdiri sunyi pada dinding-dinding beku,
aku makin diam
ketika kuhitung ketidakpastian di ujung kembara kalbu,
aku malah semakin terdiam
dan ketika itu,
hati t`lah tertaut pada senyum kelabu di bibir manismu,
aku masih tetap diam, diam, dan diam
ketika angin manja pun berhembus sepoi, meniup, menerpa di setiap ujung kerinduan,
aku malah semakin terdiam
sehingga jeda waktu yang terlalu panjang membentang
kemudian ketika kita menjadi semakin terasing oleh jarak dan waktu yang dulu pertemukan dan begitu cepat pula memisahkan kita
ku tak tau, semua ini salah siapa,
salahku, salahmu, atau salah kita berdua?
aku pun tak pernah menyangka,
di babak akhir permainan api cinta kita, ternyata telah membuatku begitu tersiksa
begitu pun aku masih tetap diam
walau sejuta kata maaf terlontar,
rasanya tak mampu menghapus,
apalagi memaknai kesalahan kita berdua
aku pasrah, aku ikhlas, aku rela,
dan aku pun menyadari
kalau kau memang bukan milikku
biarlah kini kujalani hari demi hariku kembali
berteman dengan sepi,
hanya dengan dua warna,
hitam dan putih
sama
seperti saat
sebelum kau hadir!!