Rabu, 13 April 2011

menabur dan menuai kata

suatu hari datanglah seorang pria setengah baya ke hadapan seorang bijak. "Guru, saya punya banyak kesalahan. saya telah memfitnah, membohongi, dan menggosipkan teman saya dengan hal-hal negatif. kini saya menyesal."

menurut pengakuannya, pria tersebut sudah mendatangi teman yang sering difitnahnya untuk meminta maaf. meski demikian hatinya terasa dihantui rasa bersalah sehingga mendorongnya untuk meminta maaf kepada tuhan. "bagaimana caranya agar bisa diampuni tuhan atas kesalahan saya?"

setelah mendengarkan uraian pria tersebut, sang bijak berkata, "lihatlah bantal yang tergeletak di tempat tidurku. nah, ambillah bantal itu dan bawalah ke alun-alun di tengah kota. di sana, bukalah bantal itu sampai semua kapas di dalamnya keluar tertiup angin. itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu."

meski kebingungan mendengar perkataan sang bijak, toh akhirnya pria tersebut menjalani "hukuman" yang diperintahkan kepadanya. di alun-alun, ia membuka bantal dan dalam sekejap semua kapas beterbangan keluar dari dalam bantal, tertiup angin.

setelah selesai, ia kembali menghadap sang bijak. "saya telah melakukan apa yang guru perintahkan. apakah sekarang saya sudah diampuni?"

jawab sang bijak, "jangan senang dulu, kamu belum dapat pengampunan. kamu baru menjalankan separuh dari tugasmu. kini, kembalilah ke alun-alun tadi dan pungutlah kembali semua kapas yang telah beterbangan tertiup angin."

ingat, kata-kata yang pernah keluar dai mulutmu akan menggema selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar